Hari Waisak: Sejarah, Makna, dan Perayaan serta Ajarannya
Hari Waisak: Sejarah, Makna, dan Perayaan serta Sejarahnya Pendahuluan Hari Waisak merupakan salah satu hari suci terpenting dalam agama Buddha. Dirayakan oleh jutaan umat Buddha di seluruh dunia, Waisak memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama, yaitu kelahiran, pencapaian pencerahan (Nirwana), dan kematiannya (Parinibbana). Hari Waisak juga dikenal sebagai Vesak, Buddha Purnima, atau Buddha Day, tergantung pada negara dan tradisi setempat. Artikel ini akan membahas sejarah Hari Waisak, makna filosofis di balik perayaannya, serta bagaimana umat Buddha di berbagai negara merayakannya. BACA JUGA: Pelatihan Art Class Membuat Ondel dan Melukis Wayang melibatkan 1.800 siswa SD Budha Tzu Chi Sejarah Hari Waisak 1. Asal-usul Nama Waisak Kata “Waisak” berasal dari bahasa Pali “Vesākha” atau bahasa Sanskerta “Vaiśākha”, yang merujuk pada bulan dalam kalender lunar India. Dalam tradisi Buddha Theravada, Waisak dirayakan pada bulan purnama di bulan Mei atau awal Juni. 2. Tiga Peristiwa Penting dalam Satu Hari Hari Waisak memperingati tiga momen penting dalam kehidupan Buddha Gautama: Kelahiran Siddhartha Gautama (563 SM) Siddhartha Gautama lahir di Lumbini (sekarang Nepal) sebagai seorang pangeran dari suku Sakya. Menurut legenda, setelah kelahirannya, seorang pertapa bernama Asita meramalkan bahwa ia akan menjadi seorang raja besar atau seorang Buddha (yang tercerahkan). Pencapaian Pencerahan (528 SM) Pada usia 29 tahun, Siddhartha meninggalkan kehidupan mewahnya untuk mencari kebenaran tertinggi. Setelah bertapa selama 6 tahun, ia mencapai pencerahan di bawah Pohon Bodhi di Bodh Gaya, India, dan menjadi Sanghyang Buddha Gautama. Kematian (Parinibbana) (483 SM) Buddha wafat pada usia 80 tahun di Kusinara (sekarang Kushinagar, India). Peristiwa ini disebut Parinibbana, yang menandai pembebasannya dari lingkaran samsara (kelahiran kembali). Menariknya, ketiga peristiwa ini dipercaya terjadi pada hari yang sama, meskipun berbeda tahun. 3. Penetapan Hari Waisak Secara Resmi Pada tahun 1950, World Fellowship of Buddhists (WFB) menetapkan bahwa Waisak dirayakan setiap bulan purnama di bulan Mei. Namun, tanggal pastinya bervariasi tergantung kalender lunar masing-masing negara. Makna Filosofis Hari Waisak Hari Waisak bukan sekadar perayaan, tetapi juga momen refleksi bagi umat Buddha. Beberapa nilai utama yang ditekankan adalah: 1. Cinta Kasih (Metta) dan Welas Asih (Karuna) Buddha mengajarkan pentingnya menyebarkan cinta kasih tanpa syarat kepada semua makhluk. 2. Perdamaian dan Anti-Kekerasan (Ahimsa) Umat Buddha diajarkan untuk menghindari kekerasan dan hidup harmonis dengan alam serta sesama. 3. Pentingnya Meditasi dan Kebijaksanaan Waisak menjadi waktu yang tepat untuk bermeditasi dan merenungkan ajaran Buddha, seperti Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Berunsur Delapan. 4. Bakti kepada Orang Tua dan Guru Banyak umat Buddha menggunakan momen Waisak untuk berterima kasih kepada orang tua dan guru spiritual mereka. BACA JUGA: Produsen Kerajinan Prakarya SD di Jawa Barat Tradisi dan Perayaan Waisak di Berbagai Negara 1. Indonesia Puja Bakti dan Meditasi Massal Umat Buddha berkumpul di vihara-vihara untuk melakukan puja bakti, meditasi, dan mendengarkan kotbah Dharma. Pelepasan Lentera dan Lilin Di Borobudur, ribuan lilin dinyalakan dan lentera dilepas ke langit sebagai simbol pencerahan. Pemberian Dana (Amal) Banyak komunitas Buddha menyelenggarakan bakti sosial, seperti donor darah atau pembagian makanan. 2. India dan Nepal Ziarah ke Tempat Suci Umat Buddha berziarah ke Lumbini (tempat kelahiran Buddha), Bodh Gaya (tempat pencerahan), dan Kushinagar (tempat Parinibbana). Puja di Vihara dan Stupa Doa-doa dipanjatkan, dan bendera doa Buddha dikibarkan. 3. Thailand, Sri Lanka, dan Myanmar Memandikan Patung Buddha Tradisi ini melambangkan pembersihan karma buruk. Pelepasan Burung dan Ikan Sebagai bentuk pembebasan makhluk hidup dan perbuatan baik. 4. China, Korea, dan Jepang Festival Lampion Di China, perayaan dikenal sebagai “Fódàn”, dengan lampion warna-warni menghiasi kuil. Upacara Minum Teh Di Jepang, beberapa kuil Buddha mengadakan upacara minum teh untuk menghormati Buddha. Hari Waisak di Era Modern Di tengah perkembangan zaman, nilai-nilai Waisak tetap relevan, seperti: Menjaga Toleransi Antarumat Beragama Mendorong Hidup Sederhana dan Ramah Lingkungan Mengurangi Keserakahan dan Meningkatkan Kepedulian Sosial Banyak tokoh dunia, termasuk PBB, mengakui Hari Waisak sebagai hari perdamaian internasional. BACA JUGA: Pusat Perlengkapan Prakarya Jawa Barat, Rekomendasi Kang Dedi Mulyadi Kesimpulan Hari Waisak bukan hanya perayaan keagamaan, tetapi juga pengingat akan nilai-nilai universal seperti cinta kasih, kebijaksanaan, dan perdamaian. Dengan memahami sejarah dan maknanya, kita bisa mengambil hikmah dari ajaran Buddha untuk kehidupan yang lebih baik. Selamat Hari Waisak! “Semoga semua makhluk berbahagia.” (Sabbe sattā bhavantu sukhitattā).