Prakarya Indonesia

Membatik sebagai Cara Menumbuhkan Rasa Cinta Budaya

Membatik sebagai Cara Menumbuhkan Rasa Cinta Budaya

Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya, salah satunya melalui seni membatik. Batik bukan hanya kain bermotif indah, tetapi juga sarat makna, filosofi, dan sejarah panjang yang diakui dunia. Pada tahun 2009, UNESCO menetapkan batik Indonesia sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, menjadikan batik sebagai salah satu simbol kebanggaan bangsa. Di tengah derasnya arus globalisasi, generasi muda sering kali lebih mengenal budaya luar dibanding budaya lokal. Inilah mengapa kegiatan membatik perlu dilestarikan dan diperkenalkan kembali, bukan sekadar sebagai keterampilan tangan, tetapi juga sebagai media menumbuhkan rasa cinta budaya. Melalui prakarya membatik, anak-anak hingga orang dewasa dapat belajar menghargai proses, memahami nilai sejarah, sekaligus merasakan bangga menggunakan karya asli bangsa sendiri. Membatik Sebagai Media Pelestarian Budaya Membatik bukan sekadar aktivitas kreatif, tetapi juga bagian dari proses pelestarian budaya. Setiap motif batik memiliki filosofi mendalam, mencerminkan nilai kehidupan, harapan, dan doa masyarakat setempat. Misalnya: Motif Parang melambangkan keberanian dan semangat pantang menyerah. Motif Kawung bermakna keseimbangan dan kesucian hati. Motif Mega Mendung dari Cirebon melambangkan keteduhan dan kesabaran. Dengan mempelajari makna di balik motif, generasi muda tidak hanya bisa menghasilkan karya seni, tetapi juga lebih memahami jati diri bangsa. Mengapa Membatik Penting untuk Generasi Muda Ada beberapa alasan mengapa membatik perlu dikenalkan sejak dini, antara lain: Mengajarkan Apresiasi BudayaAnak-anak belajar bahwa batik bukan hanya pakaian, melainkan karya seni yang lahir dari filosofi kehidupan. Meningkatkan KreativitasMembatik mendorong anak untuk mengolah ide, memadukan warna, dan menciptakan motif unik. Melatih Kesabaran dan KetelitianProses membatik membutuhkan ketekunan. Dari sinilah karakter disiplin bisa terbentuk. Menumbuhkan Rasa NasionalismeKetika anak tahu batik diakui dunia sebagai warisan Indonesia, rasa bangga terhadap budaya lokal akan tumbuh. Membatik sebagai Prakarya Edukatif Banyak sekolah dan lembaga pendidikan kini menjadikan membatik sebagai prakarya wajib. Kegiatan ini tidak hanya menyalurkan kreativitas, tetapi juga memiliki nilai edukasi yang tinggi. Kegiatan membatik di sekolah bisa dilakukan dengan berbagai cara: Batik tulis sederhana dengan canting. Batik cap menggunakan stempel motif. Eco batik dengan daun dan bunga alami. Metode ini membuat anak-anak lebih tertarik karena hasilnya bisa langsung terlihat dan digunakan, misalnya pada tote bag, kaos, atau sapu tangan. Membatik dalam Workshop dan Komunitas Selain di sekolah, kegiatan membatik juga banyak diadakan dalam bentuk workshop. Workshop ini biasanya terbuka untuk umum, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Melalui workshop, peserta bisa langsung praktik membatik, mengenal alat-alat dasar, hingga membawa pulang karya mereka sendiri. Workshop membatik juga sering dijadikan kegiatan team building di perusahaan atau program CSR, karena terbukti dapat mempererat kebersamaan sambil melestarikan budaya. Komunitas batik di berbagai daerah juga terus tumbuh, menjadi ruang kolaborasi untuk memperkenalkan batik dengan sentuhan modern tanpa meninggalkan akar tradisi. Membatik sebagai Terapi Seni dan Mindfulness Selain sebagai kegiatan budaya, membatik juga memiliki nilai psikologis. Aktivitas ini dapat menjadi bentuk art therapy yang membantu seseorang merasa lebih tenang dan fokus. Proses mencanting melatih konsentrasi. Pewarnaan memberi efek relaksasi visual. Hasil akhir memberikan rasa bangga dan kepuasan diri. Tidak heran, banyak workshop batik kini mengusung tema mindful art, di mana peserta diajak membatik sambil melatih kesadaran penuh. Membatik dan Peluang Ekonomi Kreatif Selain bernilai budaya, membatik juga membuka peluang besar di sektor ekonomi kreatif. Produk batik tidak lagi terbatas pada kain atau pakaian, tetapi juga merambah aksesoris, dekorasi rumah, hingga produk lifestyle modern seperti sepatu, tas, atau topi batik. Bagi generasi muda, keterampilan membatik bisa menjadi bekal untuk membangun usaha kreatif. Dengan dukungan platform digital, produk batik kini bisa dipasarkan hingga ke mancanegara. Alat dan Bahan Membatik yang Dibutuhkan Untuk memulai prakarya membatik, ada beberapa alat dasar yang dibutuhkan: Kain mori sebagai media utama. Canting untuk menggambar motif dengan malam. Malam atau lilin batik sebagai bahan utama penghalang warna. Wajan kecil dan kompor khusus untuk mencairkan malam. Pewarna batik (alami atau sintetis). Naptol dan soda ash untuk proses fiksasi warna. Kuasa atau spons untuk teknik colet. Semua peralatan ini bisa didapatkan dengan mudah melalui Prakarya Indonesia, penyedia alat dan bahan membatik terpercaya yang mendukung pelestarian budaya melalui prakarya edukatif. Prakarya Indonesia: Tujuan Pembelian Alat Membatik Bagi sekolah, komunitas, maupun individu yang ingin belajar membatik, Prakarya Indonesia adalah solusi terbaik. Mengapa memilih Prakarya Indonesia? Lengkap: Menyediakan berbagai alat membatik dari canting, malam, hingga paket workshop siap pakai. Terjangkau: Harga bersahabat untuk kebutuhan sekolah maupun usaha kecil. Berkualitas: Alat dan bahan sesuai standar pengrajin batik tradisional. Mudah diakses: Tersedia secara online, memudahkan pemesanan dari seluruh Indonesia. Mendukung edukasi: Menyediakan paket pembelajaran membatik untuk anak, remaja, hingga dewasa. Dengan memilih Prakarya Indonesia, setiap orang dapat lebih mudah melestarikan budaya batik sekaligus menumbuhkan rasa cinta budaya sejak dini. Membatik dalam Kehidupan Sehari-Hari Salah satu cara paling efektif untuk menumbuhkan rasa cinta budaya adalah dengan menghadirkan batik dalam kehidupan sehari-hari. Batik tidak harus selalu digunakan dalam acara formal, tetapi bisa menjadi bagian dari keseharian. Misalnya, batik kini hadir dalam bentuk totebag, masker kain, sepatu kanvas, hingga dekorasi rumah seperti taplak meja atau sarung bantal. Dengan penggunaan yang lebih fleksibel, generasi muda semakin dekat dengan batik dan melihatnya sebagai sesuatu yang relevan dengan gaya hidup modern. Melalui kegiatan prakarya membatik, anak-anak atau remaja dapat menciptakan produk unik yang bisa digunakan sendiri atau bahkan dijadikan hadiah. Hal ini menambah nilai emosional karena mereka merasa terhubung dengan budaya sekaligus bangga menggunakan hasil karya tangan mereka. Workshop Membatik: Jembatan antara Generasi Workshop membatik telah terbukti menjadi jembatan yang efektif untuk mempertemukan generasi tua dan muda. Para pengrajin batik tradisional bisa berbagi pengetahuan langsung kepada anak-anak atau remaja, sementara generasi muda membawa ide-ide baru agar batik tetap relevan di era modern. Workshop semacam ini biasanya memiliki beberapa tahapan: Pengenalan sejarah dan filosofi batik – peserta memahami bahwa batik bukan sekadar motif indah. Pengenalan alat dan bahan – mulai dari canting, malam, hingga pewarna. Praktik dasar mencanting – mencoba membuat garis, titik, dan pola sederhana. Proses pewarnaan – menggunakan teknik colet, celup, atau eco-print. Finishing – kain dicuci, dijemur, dan siap digunakan. Proses yang menyeluruh ini membuat peserta merasakan pengalaman lengkap, dari teori hingga praktik. Lebih dari sekadar hasil, mereka membawa pulang pemahaman dan kebanggaan akan budaya Indonesia. Membatik sebagai Kegiatan Keluarga Selain untuk sekolah dan komunitas, membatik juga bisa menjadi kegiatan keluarga yang … Baca Selengkapnya

Jenis Kain untuk Membatik: Katun, Sutra, dan Mori

Jenis Kain untuk Membatik

Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia. Keindahan batik tidak hanya berasal dari motif dan teknik membatik, tetapi juga dari bahan dasar yang digunakan, yaitu kain. Pemilihan kain menjadi hal yang sangat penting karena berpengaruh pada kualitas, kenyamanan, dan daya tahan batik. Di antara berbagai jenis kain yang bisa digunakan, katun, sutra, dan mori adalah yang paling populer dan sering dipakai. Masing-masing memiliki karakteristik, kelebihan, serta keunikan tersendiri. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang ketiga jenis kain tersebut, sekaligus memberikan panduan bagaimana memilih kain membatik yang tepat sesuai kebutuhan. Mengapa Pemilihan Kain Membatik Itu Penting? Kain bukan hanya media gambar bagi seorang pembatik. Ia adalah fondasi utama yang menentukan bagaimana malam (lilin batik) menempel, bagaimana warna meresap, serta bagaimana hasil akhir batik terlihat. Jika kain tidak sesuai, maka motif bisa kurang tajam, warna mudah pudar, bahkan kain bisa cepat rusak. Dengan pemilihan kain yang tepat, karya batik tidak hanya indah secara visual, tetapi juga nyaman digunakan dan tahan lama. Oleh karena itu, pemahaman tentang jenis kain menjadi kunci utama sebelum memulai proses membatik. 1. Kain Katun Karakteristik Kain Katun Kain katun terbuat dari serat kapas alami. Teksturnya lembut, ringan, dan memiliki daya serap tinggi terhadap keringat. Hal inilah yang membuat kain katun nyaman digunakan, terutama di iklim tropis seperti Indonesia. Selain itu, kain katun memiliki pori-pori yang cukup lebar, sehingga malam batik dapat meresap dengan baik dan warna dapat menempel secara sempurna. Kelebihan Kain Katun untuk Membatik Nyaman dipakai sehari-hari karena sejuk dan menyerap keringat. Cocok untuk batik tulis maupun batik cap. Harga relatif terjangkau dibandingkan kain sutra. Perawatan mudah, dapat dicuci dengan cara sederhana. Kekurangan Kain Katun Mudah kusut sehingga perlu sering disetrika. Beberapa jenis katun lebih cepat memudar warnanya jika tidak dirawat dengan benar. Kain katun biasanya digunakan untuk batik sehari-hari, baik untuk pakaian formal maupun santai. Banyak pengrajin batik menjadikan katun sebagai pilihan utama karena mudah dibentuk dan diproses. 2. Kain Sutra Karakteristik Kain Sutra Kain sutra berasal dari serat alami yang dihasilkan ulat sutra. Teksturnya halus, berkilau alami, dan terasa sangat lembut di kulit. Kain sutra memiliki kesan mewah dan elegan, sehingga banyak dipakai untuk batik premium. Kelebihan Kain Sutra untuk Membatik Memberikan tampilan berkelas dengan kilau alami. Tekstur lembut dan nyaman dipakai di kulit. Warna batik terlihat lebih cerah dan hidup di atas kain sutra. Tahan lama jika dirawat dengan baik. Kekurangan Kain Sutra Harga relatif lebih mahal dibanding katun dan mori. Perawatan membutuhkan perhatian ekstra (tidak bisa sembarangan dicuci). Lebih sulit dibatik karena permukaannya licin. Kain sutra biasanya digunakan untuk batik tulis kelas premium, seperti batik koleksi, busana pesta, hingga busana resmi kenegaraan. 3. Kain Mori Karakteristik Kain Mori Kain mori adalah kain yang secara khusus diproduksi untuk membatik. Biasanya terbuat dari kapas dengan kualitas tertentu. Kain mori tersedia dalam beberapa tingkatan kualitas, misalnya primisima, prima, dan biru. Primisima: kualitas terbaik, lembut, halus, dan sangat cocok untuk batik tulis halus. Prima: kualitas menengah, sering digunakan untuk batik tulis maupun cap. Biru: kualitas standar, biasanya dipakai untuk latihan atau produksi batik skala besar. Kelebihan Kain Mori Dibuat khusus untuk kebutuhan membatik. Memiliki daya serap malam yang sangat baik. Pilihan kualitas beragam sesuai kebutuhan dan anggaran. Lebih ekonomis dibandingkan kain sutra. Kekurangan Kain Mori Tidak sehalus sutra dalam hal kenyamanan. Beberapa jenis mori lebih cepat kusam jika perawatan kurang tepat. Kain mori sangat populer di kalangan pengrajin batik tradisional. Hingga kini, mori tetap menjadi tulang punggung industri batik Indonesia. Katun, Sutra, atau Mori: Mana yang Tepat untuk Anda? Memilih kain membatik sebaiknya disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan: Jika ingin membuat batik untuk penggunaan sehari-hari dengan biaya terjangkau, katun adalah pilihan terbaik. Jika ingin menghasilkan karya batik eksklusif dan bernilai tinggi, sutra menjadi pilihan utama. Jika fokus pada proses belajar membatik atau produksi massal dengan kualitas baik, mori sangat cocok digunakan. Dengan memahami perbedaan dan keunggulan masing-masing kain, Anda bisa menentukan pilihan yang paling sesuai. Dimana Membeli Kain untuk Membatik? Bagi Anda yang ingin membeli kain katun, sutra, maupun mori untuk kebutuhan membatik, penting untuk memilih penyedia yang terpercaya. Prakarya Indonesia hadir sebagai solusi bagi para pengrajin, pelajar, maupun pecinta batik yang membutuhkan kain berkualitas. Di Prakarya Indonesia, Anda bisa menemukan: Kain katun untuk batik tulis dan cap. Kain sutra premium untuk batik eksklusif. Berbagai jenis kain mori sesuai kebutuhan, mulai dari biru, prima, hingga primisima. Selain kain, Prakarya Indonesia juga menyediakan perlengkapan membatik lainnya seperti canting, malam, gawangan, dan pewarna batik. Dengan begitu, Anda tidak perlu mencari di banyak tempat karena semua tersedia lengkap. Sejarah Penggunaan Kain dalam Membatik Sejarah batik di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran kain sebagai media utama. Sejak zaman kerajaan Jawa, kain sudah digunakan untuk merekam simbol, doa, hingga status sosial melalui motif batik. Pada masa awal, kain mori menjadi media utama karena diproduksi dari kapas lokal yang mudah didapat. Seiring berkembangnya perdagangan, kain sutra mulai masuk ke nusantara melalui jalur perdagangan Tiongkok dan India. Sutra kemudian menjadi simbol kemewahan, digunakan oleh kaum bangsawan dan keluarga kerajaan. Kain katun baru semakin populer setelah masa kolonial, ketika bahan ini banyak didatangkan dari Eropa dan India. Katun yang lebih murah dan nyaman menjadikannya media populer di kalangan masyarakat umum. Dengan demikian, setiap jenis kain tidak hanya sekadar bahan, tetapi juga mencerminkan perjalanan sejarah dan budaya Indonesia. Tips Memilih Kain untuk Membatik Bagi pemula, memilih kain membatik bisa terasa membingungkan. Berikut beberapa panduan praktis: 1. Tentukan Tujuan Penggunaan Untuk belajar membatik → gunakan mori biru atau katun standar. Untuk produksi massal → pilih mori prima atau katun berkualitas. Untuk karya eksklusif atau koleksi → gunakan sutra atau mori primisima. 2. Perhatikan Tekstur Kain Pastikan kain tidak terlalu kasar atau terlalu licin. Kain yang terlalu kasar akan membuat malam sulit meresap, sementara kain terlalu licin seperti sutra membutuhkan keterampilan lebih tinggi. 3. Cek Kerapatan Anyaman Semakin rapat anyaman kain, semakin bagus hasil batiknya. Motif terlihat lebih halus dan warna meresap dengan lebih merata. 4. Sesuaikan dengan Pewarna yang Digunakan Jika menggunakan pewarna alami, pilih kain dengan daya serap tinggi seperti katun dan mori. Sutra juga bisa digunakan, tetapi membutuhkan … Baca Selengkapnya

Sejarah Kain Mori dalam Tradisi Batik Indonesia

Sejarah Kain Mori dalam Tradisi Batik Indonesia

Batik adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui dunia. Namun, di balik keindahan batik yang penuh makna, terdapat satu elemen penting yang sering terlupakan, yaitu kain mori. Kain ini menjadi “kanvas” utama tempat para pengrajin menuangkan kreativitas mereka dalam bentuk motif, warna, dan filosofi. Sejarah kain mori tidak bisa dipisahkan dari perkembangan batik di Indonesia. Dalam artikel ini kita akan membahas secara lengkap bagaimana asal-usul kain mori, peranannya dalam dunia batik, hingga bagaimana Anda bisa mendapatkannya dengan mudah melalui Prakarya Indonesia. Apa Itu Kain Mori? Kain mori adalah kain putih polos berbahan dasar katun yang memiliki tekstur halus dan mudah menyerap warna. Karakteristik inilah yang membuatnya sangat ideal sebagai bahan dasar pembuatan batik. Tanpa kain mori, batik tidak akan memiliki “wadah” yang sempurna untuk menampung keindahan motifnya. Di masa lalu, kain mori diproduksi secara tradisional dengan proses tenun tangan. Kini, proses produksinya sudah jauh lebih modern, tetapi kualitasnya tetap dipertahankan agar cocok untuk berbagai teknik pewarnaan seperti batik tulis, batik cap, shibori, hingga eco-print. Sejarah Awal Penggunaan Kain Mori di Indonesia Penggunaan kain mori di Indonesia erat kaitannya dengan masuknya pengaruh perdagangan tekstil dari India, China, hingga Eropa. Pada abad ke-17, VOC (Belanda) membawa kain tenun putih polos dari India ke Nusantara. Kain ini kemudian dimanfaatkan masyarakat Jawa sebagai media untuk membuat batik. Seiring berkembangnya tradisi batik, masyarakat mulai menyebut kain putih polos tersebut dengan istilah “mori”. Kata “mori” sendiri berasal dari bahasa Belanda, “morie”, yang berarti kain putih polos. Dari sinilah awal mula kain mori menjadi bagian penting dalam sejarah batik Indonesia. Peran Kain Mori dalam Perkembangan Batik Kain mori bukan sekadar kain putih polos, tetapi memiliki peran vital dalam perkembangan batik Nusantara. Ada beberapa alasan mengapa kain mori menjadi bahan pilihan utama: Mudah Menyerap WarnaSerat katun dalam kain mori memiliki daya serap tinggi, sehingga warna alami maupun sintetis dapat menempel dengan baik. Tekstur HalusKain mori memiliki permukaan yang lembut sehingga nyaman saat digunakan sebagai pakaian, baik untuk batik tulis maupun cap. Tahan LamaHasil batik di atas kain mori lebih awet dibanding kain lain karena kualitas seratnya yang kuat. Mudah DibentukKain mori dapat dijahit menjadi berbagai produk, mulai dari pakaian, aksesori, hingga dekorasi rumah. Tanpa kain mori, batik mungkin tidak akan memiliki kualitas estetika dan daya tahan seperti yang kita kenal saat ini. Jenis-Jenis Kain Mori Seiring waktu, kain mori berkembang menjadi beberapa jenis sesuai dengan kebutuhan pengrajin batik. Beberapa di antaranya adalah: Mori PrimissimaMemiliki kualitas paling tinggi, teksturnya halus, kuat, dan awet. Cocok untuk batik tulis berkualitas premium. Mori PrimaKualitas menengah dengan harga lebih terjangkau, sering digunakan untuk batik cap maupun batik tulis sehari-hari. Mori BiruLebih kasar dibanding primissima dan prima, biasanya digunakan untuk produksi batik massal dengan harga ekonomis. Dengan variasi ini, pengrajin bisa memilih jenis mori sesuai dengan kebutuhan produksi mereka. Kain Mori dan Filosofi Batik Bagi masyarakat Jawa, kain mori tidak hanya sekadar media batik, melainkan juga sarat makna filosofis. Proses perubahan dari kain putih polos menjadi karya batik yang penuh warna melambangkan perjalanan hidup manusia. Dari kesederhanaan menuju kebermaknaan. Bahkan dalam beberapa upacara adat, kain mori digunakan sebagai simbol kesucian dan keabadian. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan kain mori sudah menyatu dengan budaya masyarakat Nusantara. Modernisasi dan Inovasi pada Kain Mori Di era modern, penggunaan kain mori tidak hanya terbatas pada batik tradisional. Banyak kreator muda yang memanfaatkan kain ini untuk membuat berbagai produk kreatif, seperti: Tote bag tie dye Scarf eco-print Hiasan dinding shibori Pakaian casual berbahan mori Kain mori kini menjadi medium kreasi lintas generasi. Dengan teknik yang lebih variatif, kain mori terus menjadi bagian dari industri kreatif Indonesia. Mengapa Harus Membeli Kain Mori Berkualitas? Bagi Anda yang ingin belajar membatik atau mencoba kreasi lain dengan kain mori, pemilihan kualitas kain sangat penting. Kain mori berkualitas akan: Lebih mudah menyerap warna Tidak cepat rusak Hasil pewarnaan lebih tajam dan tahan lama Nyaman dipakai jika dijadikan pakaian Maka dari itu, pastikan Anda membeli kain mori dari penyedia terpercaya seperti Prakarya Indonesia, yang menyediakan berbagai jenis kain mori dengan kualitas terbaik dan harga kompetitif. Dimana Bisa Membeli Kain Mori Asli? Di era digital, membeli kain mori tidak lagi sulit. Anda bisa mendapatkannya langsung melalui Prakarya Indonesia, penyedia perlengkapan batik dan prakarya terpercaya. Mengapa Prakarya Indonesia? Menyediakan kain mori berbagai jenis: primissima, prima, hingga mori biru Kualitas terjamin, cocok untuk pemula maupun profesional Harga bersahabat dan transparan Bisa dibeli secara online dengan pengiriman ke seluruh Indonesia Dengan membeli di Prakarya Indonesia, Anda tidak hanya mendapatkan kain mori berkualitas, tetapi juga mendukung keberlanjutan industri batik lokal. Kain Mori dalam Lintasan Sejarah Batik Nusantara Seiring berkembangnya batik di berbagai wilayah Indonesia, kain mori tidak hanya menjadi bahan, tetapi juga simbol yang memperkuat identitas budaya. Pada abad ke-18 dan 19, banyak kerajaan di Jawa seperti Surakarta, Yogyakarta, dan Cirebon menggunakan kain mori sebagai media batik kerajaan dengan motif khusus yang hanya boleh dipakai kalangan bangsawan. Misalnya motif parang rusak, kawung, dan truntum yang lahir dari tangan-tangan kreatif para abdi dalem. Tidak berhenti di Jawa, kain mori juga menyebar ke daerah lain seperti Madura, Bali, Kalimantan, hingga Sulawesi. Masing-masing daerah mengembangkan corak batik dengan kearifan lokal mereka, tetapi tetap menggunakan kain mori sebagai dasar. Hal ini membuktikan bahwa mori adalah benang merah yang menghubungkan keberagaman budaya batik di Nusantara. Proses Pembuatan Batik dengan Kain Mori Untuk lebih memahami peran kain mori, mari kita lihat bagaimana proses pembuatan batik dilakukan: Persiapan Kain MoriKain biasanya dicuci terlebih dahulu agar lebih mudah menyerap malam dan pewarna. Membuat Pola dengan PensilPengrajin menggambar motif di atas kain mori sebagai panduan sebelum diberi malam. Pemberian MalamMenggunakan canting (batik tulis) atau cap (batik cap), malam cair diaplikasikan di atas kain mori. Proses PewarnaanKain dicelupkan ke dalam larutan pewarna alami atau sintetis. Bagian yang tertutup malam akan tetap putih. Pelepasan MalamSetelah proses pewarnaan selesai, malam dilepaskan dengan cara direbus. Motif kemudian terlihat jelas di atas kain mori. Proses inilah yang membuat batik di atas kain mori memiliki nilai seni tinggi sekaligus ketahanan warna yang baik. Perkembangan Kain Mori di Era Modern Di masa kini, kain mori tidak hanya diproduksi secara tradisional, tetapi juga melalui … Baca Selengkapnya

Scan the code